BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang disekolahkan oleh orang tuanya tentu agar menjadi seseorang yang
cerdas dan berperilaku baik. Itu adalah tujuan diadakannya pendidikan di negara
indonesia, yaitu Taqwa, Cerdas dan Terampil.Dengan tujuan ini sudah
seharusnyanya seseorang yang telah memasuki dunia pendidikan harus berbeda
dengan orang yang belum pernah mengenyam pendidikan. Perbedaan itu tentu harus
terlihat dari ketaqwaan, kecerdasandanketerampilannya. Akan tetapi faktanya sekarang
antara orang yang bersekolah dengan orang yang tidak bersekolah memiliki akhlak
yang sama, dengan demikian bisa dikatakan proses pendidikan di sekeloh-sekolah
sekarang gagal.karena tidak bisa memberi pengaruh yang signifikan terhadap
peserta didik.Hal tersebut timbul dikarenakan tujuan pendidikan itu sendiri
yang simpang siur, tidak sedikit sekolah-sekolahan yang tidak mengerti akan
tujuan dari pendidikan. Maka dari itu penyusun berusaha untuk mengemukakan
tentang tujuan pendidikan yang sebenarnya dalam bentuk makalah yang diberi
judul "TUJUAN DAN BATAS-BATAS KEMUNGKINAN PENDIDIKAN".
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tujuan
dari pendidikan?
2. Bagaimana
batas-batas pendidikan?
3. Bagaimana
keharusan dan kemungkinan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Tujuan Pendidikan
2. Untuk
Mengetahui Batas-batas pendidikan
3. Untuk
mengetahui keharusan dan kemungkinan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia.
Karena dibelahan bumi manapun yang terdapat adanya kehidupan pasti akan terjadi
proses pendidikan, sehingga pendidikan itu sendiri tidak bisa dipisahkan dengan
kehidupan kita.Pendidikan itu memang begitu penting akan tetapi kita juga harus
mengetahui tujuan diadakannya pendidikan itu sendiri.
Adapun
pengertian pendidikan yang sudah kita ketahui adalah usaha membimbing anak yang
belum dewasa menjadi dewasa. Selain kita harus mengetahui arti pendidikan itu
sendiri kita harus mengetahui tujuan, batasan dan kemungkinan yang terjadi
dalam proses pendidikan.
Tujuan pendidikan ini akan berkaitan dengan pandangan hidup dan nilai-nilai
yang ada di masyarkat. Secara umum, tujuan pendidikan sama dengan arti
pendidikan itu sendiri yaitu menjadikan manusia menjadi dewasa, namun istilah
dewasa disini tentu akan beda antara satu orang dengan orang lainnya. Misalnya
dewasa menurut pendidikan di Indonesia ialah berkaitan dengan sejauh mana orang
itu bisa menghayati nilai-nilai pancasila.namun tetap saja akan ada orang yang
berfikir bahwa dewasa disini adalah dimana kita bisa memandang segala sesuatu
dengan cara berfikir kritis. Berfikir kritis disini ialah sejauh mana seseorang
mampu mengekspresikan dirinya dan mampu menerapkan pengalaman hidupnya dimasa
lalu untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Pendidikan merupakan suatu keharusan, karena pada hakikatnya manusia
dilahirkan dengan keadaan tidak berdaya karena ia membutuhkanbantuan orang lain
belum bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. (Saduloh,2010;72) tentu
saja dalam suatu pendidikan seseorang tidak bisa langsung melakukan semuanya
sendiri karena pada saat lahir seorang manusia tidak langsung dewasa dan
memahami nilai dan moral yang ada dikehidupan sehingga manusia itu perlu
dibimbing. Manusia juga tidak akan memiliki rasa tanggung jawab untuk
menanggung segala konsekuensi dan perbuatannya tanpa mengalami proses
pendidikan yang terbentuk dari suatu kebiasaan.
B. Tujuan Pendidikan
Manusia adalah makhluk yang terus berkembang, baik secara jasmani maupun
rohani. Perkembangan ini bukan sekedar proses alamiah, namun membutuhkan
bimbingan dalam bentuk sebuah pendidikan.
Menurut
Langeveld pendidikan merupakan proses pendewasaan seseorang, baik pada jasmani
maupun rohani (mental, moral, sosial, dan emosional). Hal ini berarti bahwa
pendidikan harus ada dalam setiap proses kehidupan. Selama manusia berusaha
untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam bentuk peningkatan dan pengembangan
pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak
sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.
Tujuan merupakan faktor utama yang hendak ditinjau. Dari uraian di atas,
bisa disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan itu adalah “kedewasaan”.
Seseorang dikatakan telah mencapai “kedewasaan” apabila ia telah mampu
bertindak dan bertingkahlaku sesuai dengan kaidah agama serta norma yang
berlaku di masyarakat. Tujuan pendidikan dalam arti sempit adalah bimbingan
yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Maknanya, tujuan pendidikan adalah rumusan tentang apa yang
harus dicapai oleh anak didik, dan tujuan ini merupakan arah bagi seluruh
kegiatan pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan dalam artiluas adalah usaha
manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya sepanjang hayat.
Berdasarkan ruang lingkup (luas dan sempitnya) tujuan yang ingin dicapai,
Langeveld mengemukakan bahwa jenis-jenis tujuan pendidikan adalah:
1) Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh seseorang
melalui pendidikan. Dengan demikian, apabila tujuan pendidikan adalah
kedewasaan, maka semua kegiatan pendidikan harus tertuju pada kedewasaan agar
tujuan umum pendidikan itu dapat tercapai. Menurut Kohnstamm dan Gunning,
tujuan akhir pendidikan adalah membentuk insan kamil atau manusia
sempurna. (Amir Daien,1973) sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan umum/akhir pendidikan ialah membentuk insan kamil yang dewasa jasmani
dan rohaninya baik secara moral, intelektual, sosial, estesis, dan
agama.Contoh: Seorang guru meminta siswa kelas 1 untuk merapikan crayon dan meja
lipat setelah mewarnai, secara tidak langsung anak telah diajarkan tentang
tanggungjawab. Sikap bertanggungjawab ini akan membentuk sebuah kedewasaan
dalam diri anak.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan umum. Kita tahu bahwa tujuan
umum pendidikan adalah kedewasaan.Kedewasaan disini masih general sifatnya.
Banyak faktor yang membentuk kedewasaan, sehingga dapat dikatakan tujuan khusus
dari pendidikan mencakup segi-segi tertentu. Pengkhususan tujuan ini dapat
disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu, misalnya disesuaikan dengan:
a. Cita-cita
pembangunan suatu masyarakat/bangsa.
b. Tugas suatu
badan atau lembaga pendidikan.
c. Bakat dan
kemampuan anak didik.
d. Kesanggupan-kesanggupan
yang ada pada pendidik.
e. Tingkat
pendidikan, dan sebagainya.
(Umar Tirtaraharja, dkk,2005:38-39)
3) Tujuan
Insidental/sewaktu
Tujuan ini disebut tujuan seketika/insidental karena tujuan ini timbul
secara kebetulan, secara mendadak dan hanya bersifat sesaat. Tujuan seketika
ini meskipun hanya sesaat, namun ikut andil dalam pencapaian tujuan
selanjutnya. Melalui tujuan-tujuan insidental seperti ini, akan diperoleh
pengetahuan dan pengalaman langsung yang erat hubungannya dengan kehidupan
dimasa yang akan datang.
4) Tujuan
Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang terdapat dalam langkah-langkah untuk
mencapai tujuan umum (merupakan pijakan untuk mencapai tujuan yang lebih
tinggi). Dengan kata lain, tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang
dicapai seseorang pada setiap fase perkembangan. Misalnya saat seorang anak
diajarkan untuk dapat berjalan ia harus mengalami beberapa tahapan dari
merangkak, berdiri, berjalan terpatah-patah sampai akhirnya dia bisa berjalan.
Inilah yang disebut tujuan sementara.
5) Tujuan Tak
Lengkap
Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya membahas tentang salah satu
aspek pendidikan. Tujuan ini erat hubungannya dengan aspek-aspek pendidikanyang
akan membentuk aspek-aspek kepribadian manusia, seperti misalnya aspek-aspek
pendidikan yaitu kecerdasan, moral, sosial, keagamaan, estetika, dan sebagainya.
6) Tujuan
Intermedier/perantara
Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untuk mencapai
tujuan-tujuan yang lain. Misalnya saja seseorang yang bersekolah tujuannya
adalah akhirnya adalah lulus, ketika dia naik kelas dari kelas satu ke kelas
dua dan dari kelas dua ke kelas tiga itu merupakan tujuan intermedier/tujuan
perantara.
Keenam tujuan tersebut menurut Langeveld intinya dapat disederhanakan
menjadi satu macam saja, yaitu “tujuan umum” dimana kelima tujuan yang lainnya
diarahkan untuk pencapaian tujuan umum pendidikan yaitu terbentuknya kehidupan
sebagai insan kamil, satu kehidupan dimana ketiga inti hakikat manusia baik
sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila/religius dapat
terwujud secara harmonis.
Hierarki tujuan pendidikan dapat
dilihat dalam kurikulum pendidikan yang t erjabar mulai
dari :
a) Cita-cita
nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945)
b) Tujuan
Pendidikan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional)
c) Tujuan
Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah)
d) Tujuan
kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajaran atau kuliah)
e) Tujuan
instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus.
Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai
guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang
bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Manfaat tujuan dalam pendidikan adalah:
a) Sebagai Arah
Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah
menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi
berikutnya.
b) Tujuan sebagai
titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha
yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum
bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika
tujuan akhirnya telah tercapai.
c) Tujuan sebagai
titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari
usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut
merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.
d) Memberi nilai
pada usaha yang dilakukan
.
C. Batas-Batas Pendidikan
Dalam pelaksanaan sebuah pendidikan, ada hal-hal yang membatasi.
Batas-batas Pendidikan dapat diartikan sebagai ketidak mampuan atau ketidak
berdayaan pendidikan dalam melakukan tugas-tugas pendidikan. Batas-batas yang
mempengaruhi pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab membimbing seorang anak
untuk mencapai kedewasaanya.Yang dimaksud pendidik disini adalah orang tua dan
guru. Keduanya memiliki peran yang sama penting dalam membantu proses
pencapaian kedewasaan anak. Orang tua tentu saja memegang peran utama dalam
proses ini, karena orang tua merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang
anak untukbertinteraksi dengan pendidikan. Ketika anak berada di sekolah, orang
tua memiliki keterbatasan dalam melakukan pendidikan terhadap anak. Untuk itulah
guru melakukan peran pengganti sebagai orang tua yang akan melaksanakan
pendidikan bagi anak, di sekolah.
2. Aspek pribadi anak didik
Anak didik adalah sosok manusia/individu. Menurut Abu Ahmadi “Individu
adalah orang yang tidak tergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar
seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dapat dipaksa dari luar,
mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri”. Kondisi inilah yang membatasi
sebuah pendidikan.Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan, sangat tergantung pada
seberapa jauh anak didik mampu menerima pendidikan yang diberikan.Anak didik
harus diakui keberadaannya.Mereka tidak bisa begitu saja diperintah untuk
mengikuti keinginan kita. Kita harus dapat memasuki dunia mereka,
sehingga kita dapat mengetahui apa yang mereka inginkan dan mereka sukai.
Dengan demikian proses pendidikan akan bisa berlangsung dengan baik dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Alat pendidikan
Alat pendidikan merupakan suatu perbuatan atau situasi yang dengan sengaja
diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.Alat pendidikan digunakan untuk
mendidik anak secara pedagogis. Misalnya jika seorang ibu membersihkan dan
merapikan rumah setiap hari dalam rangka memberikan kenyamanan bagi
keluarganya, maka ia telah menyediakan lingkungan pendidikan (keluarga). Jika
ibu ini menggunakan kegiatan membersihkan rumah ini untuk menasehati anaknya
agar menjaga kebersihan karena merupakan bagian dari keimanan, makamemberikan
nasehat merupakan alat pendidikan, dan kondisi rumah yang bersih merupakan alat
bantu pendidikan.Alat pendidikan menurut langeveld dipilih atas empat aspek :
a. Berhubung
dengan tujuan pendidikan
b. Orang tua yang
akan menggunakan alat tersebut
c. Bahan perantara
(medium) tempat pemakaian alat itu ditunjukkan, berhubungan dengan jenis bahan
objek, yang hendak diolah untuk mencapai tujuan.
d. Berhubungan
dengan pertanyaan, apakah akibat dari penggunaan alat tersebut.
Selanjutnya langeveld (1980)
pengelompokan lima jenis alat pendidikan yaitu :
a) Perlindungan
Perlindungan merupakan aspek pertama dalam melakukan pendidikan. Sebagai
pendidik tentu saja kita harusa mampu memberikan perlindungan pada anak didik
kita, karna tanpa semua itu anak tidak akan mau diajak dalam proses pendidikan.
Perlindungan tersebut tidak hanya bersaifat fisik akan tetapi secara fsikisnya
juga. Namun karena anak itu paling tidak bisa dilarang oleh karena itu sebagai
pendidik kita harus memberikan perlindungan dalam bentuk pengawasan yang baik.
b) Kesepahaman
Kesepahaman ini terjadi saat guru menjadi contoh untuk anak didiknya dengan
memperhatikan secara tidak langsung, anak akan meniru apa yang gurunya lakukan.
Tapi tetap saja kesepahaman ini bisa terjadi jika anak sudah merasa aman jika
sedang bersama gurunya. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa alat pendidikan
ini berhasil membawa anak untuk mengikuti apa yang gurunya lakukan,tentu saja
peniruan untuk melakukan kesepahaman ini haruslah bersifat positif.
c) Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan
Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan ini ialah berupa tanggung jawab.
Misalnya saat sedang bermain seorang guru hendaknya memberikan kepercayaan pada
anak didiknya agar anak didiknya mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan
semua tugasnya.
d) Perasaan bersatu
Perasaan bersatu ini akan timbul karena interaksi yang berlangsung antara
pendidik dan anak didik yang terus menerus. Misalnya karena kebiasaan pendidik
dan anak didik yang selalu bersama-sama setiap hari disekolah dalam melewati
pelajaran itu akan membentuk kenyamanan pada diri anak yang membuat perasaan
bersatu itu muncul pada diri keduanya.
e) Pendidikan karena kepentingan diri sendiri
Pedidikan karena kepentingan diri sendiri, berarti pad saat itu si
anak sudah menyadari bahwa dirinya mempunyai kesadaran bahwa dirinya sudah
mampu membentuk karakternya sendiri. Tugas seorang pendidik disini ialah
memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada anak didik untuk melaksanakan tugas
sesuai keinginan hatinya.
f) Waktu pelaksanaan
Pada saat anak usia dini, hubungan anak dengan pendidik belum disebut
sebagai kegiatan pendidikan melainkan baru dalam proses/taraf pembiasaan.
Karena anak usia dini masih bersifat serba menerima, mereka belum memahami apa
itu perintah, aturan, norma dan lain sebagainya. Kegiatan pembiasaan tersebut
merupakan langkah awal yang dilakukan oleh pendidik untuk mencapai kedewasaan
seorang anak atau disebut juga dengan pendidikan pendahuluan.Perbedaan
pendidikan pendahuluandengan pendidikan sebenarnya adalah ketika terjadi
hubungan wibawa antara pendidik dan anak didik.Jadi pendidikan yang sebenarnya
bukan merupakan kebiasaan melainkan terjadi ketika hubungan wibawa itu ada,
ketika anak telah mampu menerima petunjuk dan perintah bukan hanya atas dasar
ikut-ikutan atau meniru orang lain.
g) Aspek tujuan
Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak untuk mencapai kedewasaan.Tujuan
pendidikan dibagi kedalam 2 tujuan, secara mikro dan makro.Tujuan pendidikan
secara mikro adalah untuk menjadikan anak didik menjadi dewasa.Sedangkan secara
makro yaitu menyiapkan manusia supaya lebih bermanfaat bagi kehidupan pribadi
dan bangsanya. Anak dikatakan mencapai kedewasaannya apabila dia sudah bisa dan
mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik secara biologis,
psikologis, ekonomi dan sosial.
h) Aspek lingkungan
Lingkungan tempat dimana kita bertempat tinggal dan mendapatkan pendidikan
merupakan lingkungan pendidikan. Lingkungan disekitar anak dapat dibedakan
menjadi 4 macam:
1)
Lingkungan alam fisik
Lingkungan ini merupakan lingkungan berupa alam disekitar kita seperti
tumbuhan, hewan, udara, rumah dan lain-lain.
2)
Lingkungan budaya
berupa kebudayaan, ilmu pengetahuan,
teknologi, adat istiadat, bahasa, seni dan lain-lain.
3)
Lingkungan sosial
berupa hubungan interaksi antar individu yang hidup bermasyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain, termasuk didalamnya
tentang sikap, perilaku, norma antar setiap individu.
4)
Lingkungan spiritual
berupa lingkungan agama, keyakinan yang
dianut masyarakat yang ada disekitar kehidupan dia.
Manakala faktor-faktor tersebut, ada
yang tidak mendukung, maka disitulah sering terjadi kendala bagi
diberlangsungkannya proses pendidikan. Sebagai contoh bakat dan minat anak yang
tidak ada pada suatu bidang ajar, atau intelejensi anak yang rendah untuk
materi ajar yang memerlukan kecerdasan, atau kondisi fisik anak yang tidak
mendukung untuk mata ajar yang memerlukan kesempurnaan fisik, atau psikis anak
yang labil, atau back ground anak dari keluarga yang tidak mampu, broken home,
berasal dari masyarakat yang tidak peduli terhadap pendidikan, atau lingkungan
sekolah yang diselenggarakan berada jauh dibawah ukuran standard (baik
manajemen, pembelajaran dan fasilitasnya), maka semuanya itu menjadi pembatas
bagi dilangsungkannya pendidikan bagi anak tersebut.
D. Keharusan dan kemungkinan pendidikan
Kemungkinan dan keharusan pendidikan adalah hal-hal yang menyebabkan
dimungkinkan dan diharuskannya pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.Anak manusia
telah diakui oleh para ahli berbagai pakar disiplin ilmu yang berbeda,memiliki
potensi untuk kemungkinan dididik dan bahkan menjadikannya harus dididik,umpamanya
:
a) Filsafat
Pakar Filsafat menilai manusia sebagai Homo Sapien,makhluk yang memiliki akal, karenanya dia mungkin dan harus dididik agar dapat berkembang kearah yang diinginkan.
Pakar Filsafat menilai manusia sebagai Homo Sapien,makhluk yang memiliki akal, karenanya dia mungkin dan harus dididik agar dapat berkembang kearah yang diinginkan.
b) Sosiologi
Pakar sosiologi menganggap manusia sebagai Homo socius, yakni makhluk yang punya keinginan untuk hidup bersama Dengan kebersamaan ini dimungkinkannya terjadi proses transfer nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Karenanya dengan potensi ini manusia dimungkinkan untuk dididik. Dasar kehidupan sosial adalah karena adanya kebutuhan. Agar kehidupan sosial itu berjalan dengan baik dan langgeng, maka diperlukan adanya nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan itu, sehingga memang manusia harus dididik.
Pakar sosiologi menganggap manusia sebagai Homo socius, yakni makhluk yang punya keinginan untuk hidup bersama Dengan kebersamaan ini dimungkinkannya terjadi proses transfer nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Karenanya dengan potensi ini manusia dimungkinkan untuk dididik. Dasar kehidupan sosial adalah karena adanya kebutuhan. Agar kehidupan sosial itu berjalan dengan baik dan langgeng, maka diperlukan adanya nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan itu, sehingga memang manusia harus dididik.
c) Psikologi
Dalam pandangan
psikologi, bahwa manusia bukan hanya terdiri bentuk lahir dengan panca
inderanya saja, tapi juga memiliki aspek psikis dengan berbagai demensinya,
seperti emosi, intelegensi, konasi, imajinasi (daya khayal), dll. Yang semua
itu memungkinkan dan mengharuskan manusia untuk dididik, sehingga dapat
berkembang menjadi manusia yang sempurna bukan hanya aspek pisik tapi juga
aspek psikisnya.
d) Antropologi
Dalam pandangan
antropologi manusia adalah makhluk yang berbudaya, karena manusia mempunyai
akal dan rasa keingintahuan dan punya kemampuan pisik untuk mengembangkannya.
Potensi akal dan keingintahuan serta kemampuan untuk mengembangkan ini adalah
potensi yang menyebabkan manusia mungkin dan harus didik, sehingga budaya
manusia terus berkembang kearah kesempurnaan.
e) Psikologi-Agama
Dalam pandangan
psikologi agama, manusia adalah human religious, atau mahkluk yang memiliki
potensi beragama. Potensi ini dapat menjadi dasar bagi dimungkinkannya manusia
dididik dan adalah merupakan suatu keharussan untuk mendidiknya agar menjadi
manusia yang beragama secara benar.
f)
AgamaIslam
Sebagai sebuah
agama yang universal, Islam memandang manusia (anak) sebagai makhluk yang
memiliki tiga unsur pokok, yaitu tubuh, hayat dan jiwa. Tubuh bersifat materi,
tidak kekal dan dapat hancur, hayat yang berarti hidup, akan hancur bersama dengan datangnya
kematian, sedangkan jiwa bersifat kekal. Berbeda dengan binatang dan
tumbuh-tumbuhan, “mereka mempunyai jiwa, tapi eksistensi jiwa di sini terikat
dengan tubuh yang bersifat materi, karenanya jika makhluk yang bersangkutan
mati, jiwanya pun ikut hancur” karena jiwa yang dimaksud di
sini oleh sebahagian kalangan filosof Islam adalah hayat yang berarti hidup.
Manusia dipandang dalam islam sebagai makhluk yang termulia diantara
makhluk-makhluk Allah yang lain.
E. Aliran-aliran dalam pendidikan
Aliran-aliran yang biasa digunakan oleh beberapa ahli pendidikan sebagai
pendekatan dalam menilai faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan atau
perkembangan manusia adalah:
1. Aliran Nativisme
Nativisme adalah suatu doktrin filosofis yang berpengaruh besar dalam
pemikiran psikologis. Tokoh utamanya Arthur Schopenhaur (1788-1860) seorang filosuf
berkebangsaan Jerman. Aliran ini berpandangan bahwa yang mempengaruhi
perkembangan manusia adalah faktor keturunan dan pembawaan atau sifat-sifat
yang dibawanya sejak lahir. Pendidikan dan pengalaman hidup lainnya tidak dapat
mengubah sifat-sifat keturunan/pembawaaan manusia. Usaha-usaha mendidik dalam
pandangan aliran ini merupakan usaha yang sia-sia. Karena pand disebut angan
pesimis ini, maka aliran ini dalam dunia pendidikan “Pesimesme
pedagogis”. Secara singkat keturunan diartikan semua sifat-sifat
atau ciri-ciri yang melekat pada seorang anak yang merupakan regenerasi dari
orang tuanya. Sedangkan pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau
potensi-potensi yang terdapat pada seseorang yang perkembangannya bisa
direalisasikan atau sering disebut dengan bakat. Pengaruh faktor keturunan
terhadappembentukan manusia sampai saat ini masih menjadi polemik. Ada yang
setuju ada yang tidak setuju dan ada pula yang netral. Mereka mengakui tentang
pengaruh faktor keturunan terhadap aspek jasmani (tubuh/badan) manusia dan
akalnya. Tetapi mereka tidak menerima faktor keturunan dapat mempengaruhi sifat
akhlak (moral) dan kebiasaan sosial. Aliran Nativisme ini beranggapan bahwa
tidak adanya ruang bagi pendidikan untuk mempengaruhi perubahan manusia karena
aliran ini berkeyakinan bahwa satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi hanya
faktor pembawaan atau faktor keturunan.
2. Aliran Naturalisme
Aliran ini hampir sama dengan aliran nativisme. Nature artinya alam atau
apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pada dasarnya semua
anak (manusia) adalah baik. Meskipun aliran ini percaya dengan kebaikan awal
manusia, aliran ini tidak menafikan peranan dan pengaruh lingkungan atau
pendidikan. Pendidikkan yang baik akan mengantarkan terciptanya manusia yang
baik. Sebaliknya pendidikan dan lingkungan yang jelek akan berakibat manusia
menjadi jelek juga. J. Rooseau sebagai tokoh aliran ini mengatakan, “semua anak
adalah baik pada saat dilahirkan, tetapi menjadi rusak di tangan manusia”. Oleh
karena itu dia mengajukan pendapat agar pendidikan anak menggunakan sistem
“pendidikan alam”. Artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang
menurut alamnya. Manusia dan masyarakat jangan terlalu ikut mencampurinya.
3. Aliran Empirisme
Aliran emperisme berlawanan dengan aliran nativisme. Kalau dalam nativisme
pembawaan atau keturunan menjadi faktor penentu yang mempengaruhi perkembangan
manusia, maka dalam emperismeyang mempengaruhi perkembangan manusia adalah
lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Lingkungan menurut Zakiyah Daradjat
dalam arti yang luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan adalah
segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa
berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia atau benda buatan manusia,
bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai
hubungan dengan manusia. Sejauh manakah manusia berinteraksi dengan lingkungan,
sejauh itulah terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan
kepadanya. Secara eksplisit aliran emperisme menekankan betapa peran
lingkungan dan pengalaman pendidikan sangat besar dalam mengubah atau
mengembangkan manusia dan setiap anak bisa dibentuk sesuai dengan kepentingan
dan arahan lingkungan. Pendapat kaum emperis yang optimis ini, di dalam dunia
pendidikan dikenal dengan “optimisme pedagogis”. Doktrin
mendasar yang masyhur dalam aliran emperisme adalah teori “tabula rasa”, sebuah
istilah latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank
slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman,
lingkungan dan pendidikan. Dalam arti perkembangan manusia tergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak
lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut
emperisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan
kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa anak kelak
tergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya. Nabi
Muhammad SAW : bersabda : “Semua anak dilahirkan dalam keadaan
suci, ibu dan bapaknya yang akan menentukan apakah anak tersebut akan menjadi
Yahudi, Nashrani atau Majusi” (HR. Bukhari). Sukar untuk tidak menyakini
bahwa lingkungan memiliki pengaruh yangsangat besar terhadap proses pembentukan manusia.
Lingkungan akan menentukan perilaku dan moral manusia. Seorang anak yang
tinggal dalam kondisi sosial masyarakat yang tidak teratur, kemampuan ekonomi
di bawah rata-rata, lingkungan alam yang kumuh tanpa fasilitas-fasilitas umum
yang memadai seperti sarana ibadah, sarana olah raga dan lain-lain, kondisi
seperti itu akan menyuburkan pertumbuhan anak-anak nakal dan kurang bermoral.
Untuk anak yang hidup dalam lingkungan ini, maka tidak cukup alasan untuk tidak
menjadi brutal, apalagi jika orang tuanya kurang peduli dengan perkembangan
anaknya.Bagi aliran ini, pembentukan moral dan prilaku manusia akan sangat
tergantung pada kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik (bermoral) tempat
di mana anak-anak melakukan interaksi akan terpengaruh pada terciptana
anak-anak yang berprilaku dan bermoral baik. Demikian pula lingkungan yang
tidak baik akan menciptakan anak-anak yang bermoral tidak baik.
4. Aliran Konvergensi
Munculnya aliran konvergensi merupakan respon terhadap pertentangan antara
dua aliran ekstrim nativisme dan emperisme. Konvergensi berusaha untuk
mengkompromikan arti penting aspek keturunan pada satu sisi dan aspek
lingkungan di sisi yang lain sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia. Tokoh aliran ini, Louis William Sterm, seorang psikolog Jerman
(1871-1938). Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi manusia, aliran ini
tidak hanya berpegang pada lingkungan, pengalaman/pendidikan saja, tetapi juga
mempercayai faktor keturunan. Konvergensi memposisikan pembawaan dan lingkungan
dalam posisi yang sama-sama penting. Pembawaan tidak mempunyai arti apa-apa
terhadap perkembangan manusia jika tidak didukung oleh kondisi lingkungan yang
memadai.Demikian pula lingkungan dan pengalaman tanpa adanya bakat pembawaan
tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan harapan. Bagi aliran
konvengensi, keturunan dan lingkungan sama-sama mempunyai peran dan andil dalam
perkembangan manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia.
Karena dibelahan bumi manapun yang terdapat adanya kehidupan pasti akan terjadi
proses pendidikan, sehingga pendidikan itu sendiri tidak bisa dipisahkan dengan
kehidupan kita.
tujuan dari pendidikan itu adalah “kedewasaan”. Seseorang dikatakan telah
mencapai “kedewasaan” apabila ia telah mampu bertindak dan bertingkahlaku
sesuai dengan kaidah agama serta norma yang berlaku di masyarakat. Tujuan
pendidikan dalam arti sempit adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Maknanya, tujuan
pendidikan adalah rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh anak didik, dan
tujuan ini merupakan arah bagi seluruh kegiatan pendidikan. Sedangkan tujuan
pendidikan dalam arti luas adalah usaha manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya sepanjang hayat.Batas-batas yang mempengaruhi pendidikan
yaitu: pendidik, aspek pribadi anak didik, alat pendidikan, waktu pelaksanaan,
aspek tujuan dan aspek lingkungan.Kemungkinan dan keharusan pendidikan adalah
hal-hal yang menyebabkan dimungkinkan dan diharuskannya pelaksanaan tugas-tugas
pendidikan. Anak manusia telah diakui oleh para ahli berbagai pakar disiplin
ilmu yang berbeda, memiliki potensi untuk kemungkinan dididik dan bahkan
menjadikannya harus dididik
B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan kita mengenai Tujuan, Batas dan kemungkinan pendidikan. Dari
pembahasan materi ini kami mengalami beberapa kendala dalam penyusunan makalah
ini. Maka dari itu pasti ada beberapa kesalahan oleh kami atau kekurangan. Oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.
Post A Comment:
0 comments: