About

About

slider

Recent

Design

Movies

Movies Post

Powered by Blogger.

Sports

Music

Business

Followers

Followers

Total Pageviews

Fashion

Search This Blog

Sports

Archive

Movies

News

Latest News

Travel

Fashion

Recent Post

Games

Navigation

Kejujuran


Hasil gambar untuk jujur









PEMBAHASAN
1. Pengertian Jujur
   
         Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan.
         Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seseorang yang melaksanakan sesuatu perbuatan, tentu sesuai dengan apa yang ada pada batinnya. Seseorang yang berbuat riya’ tidaklah dikataka sebagai orang yang jujur karena dia telah menampakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (didalam batinnya). Begitu pula orang yang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena ia menampakan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama juga berlaku pada pelaku bid’ah; secara lahirlah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tapi hakikatnya dia berbeda dengan Nabi. Jelasnya, kejujuran merupakan sifat seorang beriman, sedangkan lawannya dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
2. Urgensi sifat jujur dalam pendidikan Islam
     
           Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses dalam kehidupan sehari-hari. Banyak contoh yang menunjukan bahwa orang jujur selalu disenangi orang lain. Bahkan orang jujur dengan mudah dapat meningkatkan kedudukan dan martabatnya. Salah satu contoh adalah kejujuran Nabi Muhammad sebelum menjadi nabi, ketika beliau diamanati tugas oleh Siti Khodijah untuk berdagang, karena kejujuran beliau tersebutlah usaha Khodijah semakin maju dan berhasil merauk keuntungan yang besar, kemudian setelah itupun Khodijahpun jatuh hati pada Muhammad karena kejujurannya itu, hingga akhirnya Muhammad menikah dengan Khodijah janda yang kaya raya itu.
Selain itu kejujuran adalah sikap yang perlu ditanamkan dihati anak-anak kita sejak awal dan harus dipantau setiap waktu pengamalannya setiap waktu dan kesempatan. Dengan mentradisikan sikap bisa dipercaya dan jujur disetiap urusan dilingkungan keluarga, lambat laun seorang anak akan membawa kebiasaan-kebiasaan baik itu pada system baru dimana anak-anak kita akan berinteraksi. Pola pendidikan yang dilakukan orang tua dampaknya sungguh luarbiasa pada anak-anak kita. Sebaliknya tradisi berbohong, curang, dan tidak jujur disetiap urusan (apalagi didalam keluarga) akan mudah berkembang dalam diri anak-anak.Konsisten dalam ucapan dan perbuatan menjadi perbuatan kepribadian sesorang. Oleh karena itu, penanaman sikap konsisten ini juga tidak boleh diabaikan oleh orang tua kepada anak-anaknya agar kelak setelah dewasa, anak kita menjadi orang yang bertanggung jawab, tegas dalam mengemban amanah, santun dalam perbuatan dan kuat dalam pendirian
وَ عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ البَاهِلِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ رَبْضِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ المِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًا وَبِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَ بِبَيْتٍُ فِيْ أَعْلىَ الجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ. {رواه أبو داود بإسناد صحيح}
Artinya: “Abu Umamah Al-Bakhili r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Saya dapat menjamin suatu rumah dikebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah dipertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin rumah disuatu bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekertinya.”
(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sohih)
Hadis diatas menerangkan tiga prilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari Rasulullah bagi yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus diiringi berbagai kewajiban lainnyayang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
1) Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
       Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia beruasaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya tidak semua bentuk perdebatan dilarang, dalam islam apalagi jikalau berdebat dalam mempertahnkan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebatannya dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan dilandaskan untuk mencari kebenaran.
Tidak sedikit orang memiliki ego sangat tinggi dan tidak mau dikalahkan orang lain walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu biasanya, selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Kalaupun dilayani, yang terjadi bukan hanya adu mulut melainka adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya dan dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasulullah SAW bersabda:
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ ان هَداهُمُ اللهُ الاّ أوتُوا الجدلََ. {رواه الترمذي عن أبي أمامة}
Artinya: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah, kecuali kaum mendatangkan perdebatan.”.
(H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umammah)
Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, buka berarti kalah dalam perdebatan teersebut, melainkan menang disisi Allah dan mendapat pahala yang besar, sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijaminkan surge baginya.
Akan tetapi dalam hal-hal tertentu, seperti ketika berdebat dengan orang-orang yang kafir tentang aqidah, kita harus mempertahankan pendapat kita dengan menggunakan berbagai cara supaya mereka menyadari bahwa aqidah kita memang benar dan mereka salah. Kalau mereka tidak mengerti juga, serahkan kepada Allah agar mereka diberi petunjuk, tetapi kita harus tetap berusaha untuk tidak mengalah dan menuruti pendapat mereka.
.........وإن الشّياطيْنَ لَيُوْحُوْنَ الى أوليائِهِمْ ليُجادلُوكم وإن أَطعُتُمُوهُمْ إنّكم لمُشِركُوْنَ. {الأنعام: 121}
Artinya: “Sesungguhnya setan itu membisikan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu, dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang –orang yang musyrik”.
(Q.S. Al-An’Am: 121)
         Dengan demikian, kapan seorang harus meninnggalkan suatu perdebatan dan kapan ia harus mempertahankannya sangat bergantung pada kondisi. Akan tetapi hadis diatas menekankan kemaslahatan bagi semuanya. Janganlah karena sama-sama bersikeras mempertahankan pendapat dan masing-masing merasa paling besar sehingga saling menghina dan melecehkan, bahkan tidak tidak menutup kemungkinan berlanjut pada timbulnya keributan atau perkelahian.
Dalam berdebat hendaklah mengetahui dengan jelas motivasi dan tujuannya, apakah mencari kebenaran atau mencari prestise semata. Kalau sama-sama mencari kebenaran , diyakini bahwa mereka yang berdebat tidak akan mempertahankan pendapatnya yang salah dan tidak akaan salin menjatuhkan satu sama lain. Namu demikian meninggalkan perdebatan adalah paling utama dan pelakunya akan diberi pahala oleh Allah SWT, dengan menempatkannya disurga.
Share
Banner

Post A Comment:

0 comments: