About

About

slider

Recent

Design

Movies

Movies Post

Powered by Blogger.

Sports

Music

Business

Followers

Followers

Total Pageviews

Fashion

Search This Blog

Sports

Archive

Movies

News

Latest News

Travel

Fashion

Recent Post

Games

Navigation

pembelajaran pkn sd

 
Hasil gambar untuk materi pkn di sd
 
 
 
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
        Pada kali ini, akan dibahas tentang desain pembelajaran PKn di MI Kelas Rendah. Bahasan tentang desain pembelajaran di MI kelas rendah ini sangat penting karena siswa MI kelas rendah memiliki karakteristik unik yang berbeda dari karakteristik siswa MI kelas tinggi. Namun, sebelum membahas tentang hal tersebut, perlu ada kejelasan tentang pembelajaran tematik.

A. Pembelajaran Tematik

        Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti diteorikan oleh Piaget peserta didik SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun berada pada tingkat operasi konkrit (concrete operation) dan awal dari operasi formal (formal operation) yang ditandai dengan mulai berkembangnya abstraksi dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti dikonsepsikan oleh Paul R. Hanna dalam model lingkup kehidupan semakin meluas (expanding environment), peserta didik di SD/MI berada dalam lingkup komunitas dan sosial budaya, rumah, sekolah dan lingkungan sekitar (lingkungan desa sampai dengan lingkungan negara). Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis dan lingkup interaksi sosial budaya peserta didik telah ditetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan kurikuler di MI dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri atas kelas-kelas rendah (I, II dan III), dan penggal kedua terdiri atas kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk kelas-kelas rendah kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematis, sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran berbasis mata pelajaran.
Pembelajaran tematis adalah bentuk pengorganisasian pembelajaran terpadu. Dalam pembelajaran bentuk ini peserta didik belajar melalui pemahaman dan pembiasaan perilaku yang terkait pada kehidupannya. Peserta didik belum secara formal diperkenalkan pada mata pelajaran. Tujuan akhir dari pembelajaran tematik adalah berkembangnya potensi peserta didik secara alami sesuai dengan usia dan lingkungannya. Dalam pembelajaran berbasis mata pelajaran peserta didik sudah secara formal diperkenalkan kepada mata pelajaran yang ada dalam kurikulum SD/MI.
Bredekamp (1992) berpandangan bahwa pada usia pendidikan dasar (6-15 tahun) kemampuan intelektual, sosio emosional, fisik dan moral anak, berkembang secara terpadu, sehingga proses pengembangan dalam pembelajaran harus dilangsungkan secara terpadu. Dalam kurikulum SD/MI tahun 2004 pembelajaran terpadu untuk kelas- kelas awal (kelas 1 dan II) menggunakan pendekatan pembelajaran tematik. Sementara itu dalam kurikulum tahun 2006 pembelajaran tematik direncanakan di kelasI, II, dan III.
          Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah aplikasi pendekatan pembelajaran terpadu yang dikembangkan melalui suatu “tema” yang di dalamnya terkandung kompetensi dasar dan materi yang saling berkaitan antarmata pelajaran berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar dari masing- masing mata pelajaran.
Adapun yang dimaksud pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah. Keterkaitan ini dapat terbentuk:
· keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran dengan kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.
· keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam beberapa mata pelajaran dengan kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.
Melalui sistem pembelajaran terpadu, memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial (Richmond, 1977; Joni, 1996).
Secara definitif kurikulum tematis adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133). Selanjutnya, Wolfinger (1994) dan Suwignyo, (1996) menjelaskan bahwa pemaduan tersebut didasarkan pada pertimbangan rasional antara lain:
1. kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman belajar bersifat interdisipliner;
2. untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya diperlukan multiskill
3. adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan masalah;
4. memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan transfer pemahaman antarkonteks;
5. demi efisiensi;
6. adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1. pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh;
2. dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan;
3. usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak;
4. lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema (Ahman, Dkk, 2004).
Pembelajaran tematik memiliki kekuatan/keunggulan antara lain:
1. pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa;
2. menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3. hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna;
4. mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahannya yang dihadapi;
5. menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi dan
6. tanggap terhadap gagasan orang lain.

Hasil studi yang dilaporkan Pappas dan Kiefer (1995) bahwa model pembelajaran tematik sangat cocok diberikan kepada anak didik pada kelas rendah. Pembelajaran tematik memadukan berbagai mata pelajaran dalam kurikulum dan menghubungkannya melalui jaringan topik atau tema. Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran tematik tidak hanya sebagai kerangka bahan ajar dan konstruk penmgetahuan bagi peserta didik, namun juga dapat dipandang sebagai alat untuk mengkaji berbagai kajian budaya bagi anak didik usia dini.
Pada uraian di atas ditegaskan bahwa tema dalam pembelajaran tematis merupakan sentral kajian pembelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Bagaimana peran tema dalam pembelajaran tersebut? Peran tema dimaksudkan agar:
1. siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;
2. siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama;
3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5. siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan.


B. Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik
Setelah kita membicarakan konsep dasar pembelajaran tematik, mari kita kaji bersama langkah-langkah pembelajaran tematik. Dalam pembahasan langkah-langkah pembelajaran tematik ini akan dipaparkan tentang langkah-langkah pembelajaran tematik antarmata pelajaran di SD/MI.
Secara umum langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik antarmata pelajaran sebagai berikut.
1. mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran;
2. membuat/memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester;
3. membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik;
4. membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan tema;
5. menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan tema pembelajaran tematik;
6. menyusun rencana pembelajaran tematik
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kita mencoba menyusun rencana pembelajaran tematik untuk siswa sekolah dasar tempat mengajar yang dituangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa dalam menyusun silabus hendaknya kita menciptakan berbagai kegiatan sesuai dengan tuntutan kompetensi dan tema yang sudah ditetapkan. Jika ada kompetensi dasar yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematis hendaknya dibuat silabus tersendiri.
Pandangan lain dikemukakan oleh Dyah Sriwilujeng, (2006) yang mengajukan enam langkah tematik antarmata pelajaran di SD/MI, yakni sebagai berikut :
1. Membuat/memilih tema
2. Melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dan membagi alokasi waktu
3. Melakukan pemetaan hubungan kompetensi dasar, indikator dengan tema
4. Membuat pengelompokkan jaringan indikator
5. Melakukan penyusunan silabus
6. Menyusun Rencana Pembelajaran

Share
Banner

Post A Comment:

0 comments: