BUDAYA MELAYU
MAKALAH TENTANG DEFINISI BUDAYA MELAYU
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan
puji syukur kita kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
selesai tepat waktu.
Tak lupa pula kita haturkan salawat beriring salam
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita kea lam
yang terang benderang seperti sekarang ini dengan ucapan Allahhumma
salli’ala sayyidina Muhammad wa’ala ali sayyidina Muhammad.
Sebagai mana
kita ketahui bahwa di negara kita (Indonesia) merupakan negara Bhineka
tunggal Ika yang kaya akan berbagai macam suku, ras, dan agama. Setiap
provinsi di Indonesia memiliki suku dan ras yang berbeda. Hal ini juga
menunjukkan bahwa setiapnya terdapat pula adat istiadat dan kebudayaan yang
berbeda.Kebudayaan mencerminkan kehidupan masyarakatnya. Maka dari itu,
untuk memahami lebih lanjut, penulis berusaha mengemukakan pendapatnya dalam
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Budaya Melayu di UniversitasPahlawan. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, kecil kemungkinan makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang terlibat.
Semoga pembahasan kami mudah dimengerti oleh pembaca
dan semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai topik yang
sedang dibahas.
Bangkinang, 08
Oktober 2018
Penyusun
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuksistem agama dan politik,
adat istiadat,bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana jugabudaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Pada hakikatnya
setiap orang berbudaya dan memiliki kebudayaannya sendiri. Di Indonesia sendiri
seperti yang kita ketahui memiliki beragam kebudayaan disetiap daerahnya.
Setiap orang yang berbudaya pasti menunjukkan siapa jati dirinya bahwa darimana
ia berasal. Jelas bahwa budaya menunjukkan siapa seseorang sebenarnya dihadapan
orang lain, dan setiapnya memiliki ciri khas masing-masing.
Didalam makalah
ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai salah satu kebudayaan yang ada di
Indonesia tersebut yakni Kebudayaan Melayu, khususnya budaya Melayu yang ada
didaerah Kabupaten Kepulauan Meranti (Selatpanjang). Kabupaten yang terletak
pada bagian pesisir timur pulau Sumatera. Batas wilayah Kabupaten Kepulauan
Meranti adalah sebagai berikut :
Utara :
Selat Melaka dan Kabupaten Bengkalis
Selatan :
Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan
Barat :
Kabupaten Bengkalis
Timur : Kabupaten Karimun dan Provinsi
Kepri.
Sebagaimana
penjelasan sang pakar budaya Melayu mengatakan bahwa orang Melayu menetapkan
identitasnya dengan tiga ciri pokok, yaitu berbahasa Melayu, beradat-istiadat
Melayu, dan beragama Islam. Apakah ketiga hal pokok diatas juga terdapat dan
tertanam dikehidupan masyarakat didaerah Selatpanjang? Dalam makalah ini,
penulis akan mencoba menjawab dan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang ada di makalah
ini adalah :
a. Sejauh
manakah anda mengenalkan budaya anda sendiri (Kebudayaan Melayu di
b. Bagaimana tanggapan
generasi muda terhadap perkembangan Kebudayaan Melayu
c. Bagaimanakah
cara generasi muda mempertahankan kebudayaan melayu?
C. TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan mengenai kebudayaannya sendiri
2. Dapat mengetahui
dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan budaya melayu,
3. Dapat mengetahui
dan memahamibagaimana tanggapan, opini dan pendapat para
4. Mengulas
pendapat para generasi muda dan bagaimana cara mempertahankan kecintaan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PEMAHAMAN TERHADAP BUDAYA MELAYU
1. Pengertian Budaya
Seperti yang
dijelaskan diatas sebelumnya bahwa Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk dan
adat istiadat,
perkakas,dan Budaya
juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra
yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
“individualisme kasar” di keselarasan individu
Indonesia
memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan, yang
tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing. Menurut Clifford Geertz, di
Indonesia terdapat 300 suku bangsa dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa
daerah. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah
kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni Koentjaraningrat (1958 :
181). Berikut merupakan hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan
Melayu Riau, khususnya didaerah Selatpanjang:
1. Sistem Kekerabatan
dalam Budaya Melayu
Dalam hal ini
kebudayaan erat hubungannya antara kebudayaan dengan masyarakat dinyatakan
dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak
menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat
sebagai wadah dan pendukungnya”. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (1980 : 30).
Dari beberapa pendapat di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa Kebudayaan
adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan dan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi, sosial, religi, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Pada garis
besarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat suku-suku bangsa Indonesia memakai
sistem kekerabatan bilateral, yaitu sistem kekerabatan yang mendasarkan garis
keturunan dari ayah dan garis ibu secara berimbang. Anak-anak yang lahir dapat
masuk ke dalam kerabat ayahnya dan kerabat ibunya secara bersama-sama. Sistem
inilah yang banyak berlaku pada kebudayaan daerah di Indonesia. Sebagian kecil
kebudayaan daerah dalam sistem kekerabatan unilateral matrilineal, yaitu sistem
kekerabatan yang hanya berdasarkan garis ibu saja (contoh masyarakat Melayu
Riau). Kebudayaan daerah lainnya memakai sistem kekerabatan unilareal
patrineal, yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan garis ayah saja. Lain
halnya sistem kekerabatan didaerah Selatpanjang khususnya masyarakat melayu
banyak diantaranya menggunakan sistem kekerabatan unilareal patrineal.
Berbanding terbalik dengan daerah Riau lainnya yang menggunakan sistem
kekerabatan unilateral matrilineal.
2. Sistem Perkawinan dalam
Budaya Melayu
Perkawinan
merupakan salah satu fase kehidupan manusia yang bernilai sakral dan amat
penting. Dibanding dengan fase kehidupan lainnya, fase perkawian merupakan fase
yang sangat penting dan spesial. Perhatian pihak-pihak yang berkepentingan
dengan upacara tersebut akan banyak yang tertuju padanya, mulai dari memikirkan
proses akad nikah, persiapannya, upacara pada hari pernikahannya, hingga
setelah upacara usai digelar.
Adat pernikahan
dalam budaya Melayu Riau terkesan agak rumit karena banyak tahapan yang harus
dilalui. Perkawinan dalam pandangan melayu harus mendapat restu dari kedua
orang tua serta mendapat pengakuan resmi dari masyarakat. Yang pada dasarnya,
Islam juga mengajarkan hal yang demikian. Dalam upacara adat melayu Riau,
rangkaian upacara perkawinan dilakukan secara terperinci dan tersusun rapi.
Yang mana keseluruhan rangkaian itu wajib dilaksanakan oleh pasangan calon
pengantin beserta keluarganya.
Dalam pandangan
budaya melayu, kehadiran keluarga, sedara-mara, tetangga dan masyarakat di
majelis perkawinan tujuannya adalah untuk mempererat tali silaturahim dan
memberikan kesaksian beserta doa atas perkawinan yang dilangsungkan. Perkawian
yang dilakukan tidak berdasarkan adat istiadat melayu setempat ( kab. Kep.
Meranti) menyebabkan masyarakat tidak merestuinya. Bahkan akan menimbulkan perkataan-perkataan
kurang menyenangkan dari masyarakat, mulai dari dugaan seperti perzinaan dan
lain sebagainya. Untuk itulah, perkawinan hendaknya dilakukan menurut adat
istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
PROSES
PERKAWINAN
Ketika seorang
lelaki dan perempuan hendak menikah tentu diawali dengan proses yang panjang.
Proses paling awal menuju perkawinan yang dimaksud adalah penentuan siapa jodoh
yang cocok untuk dirinya yang mana dalam adat Melayu hal itu disebut dengan
merisik atau meninjau. Setelah jodoh yang dipilih itu sesuai, maka dilanjutkan
dengan merasi, yaitu proses mencari tahu apakah jodoh yang dipilih itu cocok
(serasi) ataukah tidak. Jika kedua tahapan tersebut sudah dilalui dengan baik
dan semestinya, maka kemudian dapat dilanjutkan dengan proses melamar, meminang
dan bertunangan. Setelah bertunangan, maka proses perkawinan dapat segera
dilakukan. Proses-proses tersebut ialah sebagai berikut :
MERISIK ATAU MENINJAU
Yaitu proses
dimana salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin
pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga
keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk
mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai
ikatan dengan orag lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang
kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan
berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga
wanita. Adat merisik biasanya dilakukan oleh pihak calon pengantin pria,
sedangkan adat meninjau dilakukan oleh kedua belah pihak. Kegiatan meninjau
dilakukan adalah untuk mengetahui tempat asal calon yang akan dinikahi.
MERASI
Kegiatan merasi
untuk saat ini jarang dilakukan oleh masyarakat melayu. Karena pada arti
sebenarnya, Merasi adalah kegiatan meramal atau menilik keserasian antara kedua
calon pasangan yang dijodohkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seorang
perantara seorang ahli yang sudah biasa bertugas melakukan proses perjodohan.
Pencari jodoh tersebut akan memberikan pendapatnya apakah pasangan yang
dimaksud tersebut serasi atau tidak. Pada masyarakat dahulu, proses ini sangat
penting untuk dilakukan karena akan sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangga
calon pengantin dimasa depan agar tidak terjadi perceraian, musibah dan lain
sebagainya.
Namun
perlahan-lahan proses itu sudah jarang dilakukan oleh masyarakat melayu
khususnya masyarakat di selatpanjang. Semenjak berkembangnya zaman, proses itu
ditinggalkan oleh masyarakat setempat. Menurut pendapat yang ada, pada zaman
dulu proses itu dilakukan karena dulu tidak adanya proses pacaran antara lelaki
dan perempuan yang semestinya sudah mengetahui serasi atau tidaknya hubungan
mereka. Namun sekarang istilah pacaran sudah melekat bagi calon pasangan
pengantin dan kurangnya kepercayaan tentang musibah, perceraian dan lain
sebagainya, sehingga perlahan-lahan proses merasi di Selatpanjang menghilang
dengan sendirinya.
MEMINANG
Meminang dalam
istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang
telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut
perhitungan adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang
dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada
keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan
berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak
sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik,
tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak
pengiring.
BERINAI
Biasanya
berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui
serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di depan pelaminan.
Rangkaian acara ber-inai diawali dengan pemasangan inai oleh para tetua-tetua
yang ada didaerah setempat, dilanjutkan dengan para sanak keluarga yang ada.
Akan tetapi sebelum acara berinai dimulai sebagian dari keluaraga mempelai
wanita mengantarkan inai yang telah dibuat kerumah mempelai pria untuk
melakukan hal serupa.
Keesokan
harinya, dirumah mempelai wanita diadakan upacara beranda, yaitu upacara
mencukur bulu halus yang ada di wajah calon pengantin wanita, yang di pimpin
oleh mak andam. adapun media untuk berandam adalah :
1. Pisausilet
2. kain
putih 2 meter
3. kelapa
tua
4. jeruk
purut
5. telur
ayam kampung
6. bunga
kenanga dan bunga mawar
7.
lilin
Upacara berandam
juga dilanjutkan dengan tepuk tepung tawar oleh tetua-tetua wanita yang hadir
diacara tersebut. Setelah dilakukan upacara berandam besok hari nya baru dilanjutkan
upacara pernikahan yaitu pembacaan ijab kabul.
MENIKAH
Pada hari yang
telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga menuju ke
tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian
pakaian adat melayu kurung pengantin layaknya Raja sehari dan memakai tanjak
(semacam topi untuk mempelai pria). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil
membawa mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan
yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-barang
pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi berikutnya adalah
pelaksanaan akad nikah.
Diselatpanjang
tepatnya, pelaksanaan akad nikah biasanya dilaksanakan pada malam hari. Setelah
rombongan mempelai pria datang beserta rombongan mereka disambut langsung masuk
kedalam rumah mempelai wanita. Acara dimulai dengan upacara tukar-menukar tepak
sirih dan juga memakan sirih yang disediakan dari masing-masing mempelai.
Kemudian dilanjut dengan acara ijab qobul oleh pengantin pria dan upacara tepuk
tepung tawar oleh para tetua lelaki maupun perempuan dari pihak mempelai
laki-laki dan perempuan. Setelah acara selesai, pengantin pria beserta
rombongan kembali lagi ke rumah untuk mempersiapkan acara bersanding keesokan
harinya.
BERSANDING
Upacara ini
dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi
bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan.
Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu
kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara
penyambutan dan berbalas pantun.
Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak
Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak
Kedatangan
rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan. Di pintu gerbang
kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari
kedua pihak keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning.
Selanjutnyua, dilakukan acara ‘Hempang Pintu’ (berbalas pantun) oleh kedua juru
bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga mempelai perempuan telah menghempang
kain sebagai ‘penghalang’ didepan pintu tempat upacara. selendang baru akan
dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong
pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai ‘Hempang
Pintu’. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang
oleh pihak mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang
intinya pihak.
pria meminta ijin bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah
menyerahkan uncang (kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka,
dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di
pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.
TEPUK TEPUNG TAWAR
Ritual adat ini
merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai,
yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan
daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati,
sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum
serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan
pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras
kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan
tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai nmelakukan
tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa ‘bunga telur’ yakni berupa
bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai
telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin.
Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut
kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun
kondisi kelurga mempelai.
MAKAN NASI HADAP-HADAPAN
Upacara ini
dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat
dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua
mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati. Dalam upacara
ini juga biasanya lazim diadakan upacara pembasuhan tangan pengantin laki-laki oleh
pengantin wanita sebagai ungkapan pengabdian seorang istri terhadap suaminya.
BERDIMBAR ATAU MANDI TAMAN
Seusai acara
bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya
dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di
depan halaman rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas
Melayu. Ritual ‘memandikan’ kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga
disertai acara saling menyemburkan air. Undangan yang hadir pun bisa ikut
basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga
akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang dilakukan.
3. Sistem
Pembagian Warisan Didalam Budaya Melayu
Adat Melayu mengatakan bahwa orang
Melayu menetapkan identitasnya dengan tiga ciri pokok, yaitu:
a. Berbahasa
Melayu
b. Beradat
istiadat Melayu, dan
c.
Beragama Islam
Dari ungkapan
ketiga hal diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa sistem pembagian warisan
didalam suku melayu ialah berdasarkan hukum Islam, sebagaimana diutarakan diatas
sebelumnya bahwa Budaya Melayu sangat menjunjung tinggi agama Islam. Maka dari
itu, sistem pembagian warisan didasari oleh hukum-hukum yang terdapat didalam
ajaran Islam. Didaerah selatpanjang juga menerapkan sistem yang demikian.
4. Bahasa
Melayu, Pakaian Adat, Tarian Melayu Riau Dan Lainnya
a.
PAKAIAN ADAT MELAYU
Bagi orang
Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari
panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu
mewujudkan nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya.Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian,
kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat mustahak dalam kehidupan orang
Melayu. berbagai ketentuan adat mengatur tentang bentuk, corak (motif),
warna, pemakaian,
dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk
mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.Pakaian Melayu dari
ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. ”Semuanya dikaitkan
dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian berkembang
dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan dengan
fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi,
dan pakaian sebagai penolak bala.
Pada kaum
laki-laki terdapat tiga jenis. Pertama, baju melayu cekak musang
yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan pada
acara-acara keluarga seperti kenduri.Kedua baju melayu gunting cina, baju ini
biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah untuk mengadakan acara yang tak
resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari celana, kain
sampin dan penutup kepala atau songkok.Sedang pakaian kaum perempuan ada dua
yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas kain, baju dan selendang.
Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher
pemakai. Dan kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan
selendang.
b.
SENI
Songket adalah
salah satu kerajinan budaya melayu yang berupa kain tenun yang biasanya dipakai
pada acara-acara formal. Songket dapat digunakan oleh wanita maupun pria. untuk
membuat songket dibutuhkan alat tenun yang pada umumnya masih dibuat
secara tradisional atau dikerjakan secara manual dengan menggunakan tangan dan
kaki.
c.
TARIAN
Menurut
wawancara khusus dengan Daryudi (Seorang ahli musik lokal di Medan)Amenyebutkan
rentak dibagi dalam:
Rentak Langgam, metrik 4/4
dengan kecepatan Andante, contoh lagu Makan Sirih, Kuala
Deli, Patah Hati
Rentak Inang, metrik 4/4
dengan kecepatan Moderato, sejenisRumba, contoh lagu Mak Inang Pulau
Kampai, Mak Inang Lenggang, Mak Inang Selendang. Seperti diketahui bahwa Inangdalam
kerajaan berarti Dayang-dayang
Rentak Joget, metrik 2/4, jadi
cepat seperti Allegro. Contoh laguTanjung Katung, Selayang Pandang
Rentak Zapin, metrik 6/8,
dengan kecepatan Moderto, dan istilahZapin diambil dari bahasa Arab
yang berarti derap kaki, disini petikan gambus sangat
menonjol. Contoh lagu Zapin Sri Gading,Zapin Sayang Serawak.
e.
Bahasa Melayu
Dapat dikatakan
bahwa bahasa Melayu Riau memang masih jauh dari ancaman kematian atau
kepunahan. Bahasa Melayu Riau masih digunakan secara lisan ataupun tulis, baik
dengan aksara Latin maupun dengan aksara Arab Melayu. Tradisi tulis juga telah
menghasilkan naskah yang kaya, baik yang bersifat sastra maupun nonsastra, yang
merupakan dokumentasi yang dapat dijadikan rujukan. Selain itu, jumlah penutur
yang tergolong besar agaknya juga tidak menyusut drastis dalam hitungan 100
tahun. Apalagi pada praktiknya, penggunaan bahasa Melayu Riau menjadi suatu
kewajiban untuk keperluan-keperluan tertentu, terutama dalam upacara-upacara
adat.
Keadaan dan
masalah yang dihadapi bahasa Melayu Riau dewasa ini sudah banyak diungkapkan
dalam berbagai diskusi, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, di forum
akademik maupun nonakademik. Di satu sisi, dari waktu ke waktu muncul
keprihatinan (baik dari pakar, pemerhati, maupun pecinta bahasa Melayu) akan
menyusutnya jumlah penutur dan pemakaian bahasa Melayu Riau serta menyurutnya
minat masyarakat mempelajari bahasa Melayu Riau. Salah satu penyebab
“terpinggirkannya” bahasa Melayu dalam “pergaulan keseharian” masyarakat Melayu
Riau, terutama generasi mudanya, adalah kekurangmampuan bahasa Melayu Riau
untuk memenuhi kebutuhan penuturnya dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Dengan kondisi seperti itu ada kecenderungan penutur “lari” ke
bahasa lain, biasanya bahasa kedua (bahasa Indonesia), sebagai wahana penyampai
gagasan yang memungkinkan komunikasi berjalan lebih lancar. Jika bahasa kedua
yang dipilih adalah bahasa yang lebih dominan —misalnya, jumlah penuturnya
lebih besar atau fungsi pemakaiannya lebih luas—pergeseran itu dapat
berlangsung sangat intens. Dalam banyak kasus kematian bahasa, dominasi bahasa
besar menjadi faktor penting.
5. PANTANG
LARANG DALAM BUDAYA MELAYU
Pantang Larang
Orang Melayu Tradisional.Pantang
Larang Orang Melayu Tradisional merupakan kepercayaan masyarakat Melayu zaman
lampau berkaitan dengan adat dan budaya warisan nenek moyang. Kebanyakan adalah
bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mengamalkan nilai-nilai murni dalam
kehidupan. Apa yang disebut bukan untuk dipercayai tetapi untuk dihayati mesej
yang tersembunyi di sebalik pantang larang yang telah diperturunkan
secara lisan sejak zaman berzaman.
Pantang Larang Wanita Hamil
1. Dilarang
bergaduh dengan ibu mertua, dikhuatiri mengalami kesulitan ketika melahirkan
anak.
2. Dilarang
makan sotong, dikhuatiri menghadapi masalah ketika bersalin. Anak mungkin
tercerut tali pusatnya.
3. Dilarang
mencerca atau melihat sesuatu yang ganjil, dikhawatrikan akan kenan.
Pantang Larang Ke Atas Lelaki
4. Dilarang bersiul dalam
rumah, nanti ular masuk.
5. Dilarang mengintai
orang mandi, nanti mata ketumbit.
6. Dilarang ketawa waktu
Maghrib, nanti datang hantu.
Pantang Larang Bayi
1. Bayi
tak boleh ditegur jika badan gemuk, cuma katakan ‘semangat’ kerana ditakuti
menjadi kurus.
2. Dilarang
memicit mulutnya, nanti tiada selera makan.
3. Kain
lampin tak boleh direndam, nanti kembung perut.
Pantang Larang Ketika Makan
1. Makan
pisang kembar, akan beranak kembar.
2. Makan
sisa anak, anak akan degil.
3. Makan
dalam pinggan sumbing, dapat anak bibir sumbing.
Pantang Larang Ke Atas Perempuan
1. Dilarang
menyanyi di dapur, nanti kahwin orang tua.
2. Pantang
bangun lewat, nanti sukar mendapat jodoh.
3. Dilarang
bercakap dalam tandas, nanti mata ketumbit
B. GENERASI
MUDA MENANGGAPI KEBUDAYAAN MELAYU
“Generasi muda
adalah generasi yang diharapkan.”
Kalau boleh dikatakan secara
gamblang atau terbuka, sebagian generasi muda mencintai kebudayaannya dan
sebagian lagi acuh terhadap perkembangan kebudayaannya sendiri. Ungkapan diatas
sebenarnya mencerminkan bagaimana seharusnya sikap seseorang terhadap diri dan
lingkungannya (termasuk budaya). Sebagai generasi penerus mereka berkewajiban
setidaknya mengenali dan memahami kebudayaannya masing-masing, terutama
generasi muda melayu Riau.Jika ditinjau lebih spesifik lagi, kita mencoba
melihat generasi muda yang berada di Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Merant.
Untuk saat ini merekaa cukup baik mengenal, memahami dan mempertahankan
kebudayaan Melayu khususnya. Sebagian dari mereka masih mengetahui bagaimana
cara berpantun, bersajak, membaca gurindam, bersyair, menyanyi lagu melayu,
bermain alat musik melayu seperti gambus dan lain sebagainya.
Tidak itu saja,
bahasa melayu yang menjadi bahasa dominan disana pun sampai sekarang masih
terus dipakai baik disekolah, dipasar, bahkan dipemerintahan. Mengapa demikian?
Hal ini tentu saja karena hampir 90% penduduk disana merupakan keturunan melayu
sedangkan sisanya merupakan suku pendatang seperti suku tionghoa, suku minang
dan batak. Namun hal itu tidak mudah, karena setidaknya bahasa cina, minang dan
batak sedikit banyaknya mempengaruhi penggunaan bahasa disana. Meskipun
demikian, generasi muda disana masih mempertahankan kebudayaan Melayu yang
merupakan budaya paling dominan disana.
Kepedulian
mereka generasi muda masih bisa dilihat dengan besarnya partisipasi mereka
dalam melestarikan kebudayaan Melayu. Mereka senantiasa ikut berpastisipasi
dalam kontes ataupun perlombaan yang diadakan di kota Selatpanjang tersebut.
Sebut saja acara kemeriahan ajang melestarikan budaya Melayu seperti kontes
menyanyi lagu melayu, gurindam, sajak, bersyair, tarian serampang dua belas dan
lain sebagainya. Besarnya minat yang ikut serta dalam acara tersebut seperti
anak-anak sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA dan ikut berpastisipasinya
masyarakat untuk menyaksiakan langsung acara tersebut membuktikan bahwa secara
tidak langsung generasi tua dan muda bekerja sama dalam hal melestarikan
kebudayaan Melayu khususnya. Tidak hanya Melayu saja, penulis yakin setiap
budaya lainnya juga melakukan hal yang sama dalam mempertahankan keaslian budaya
masing-masing.
Hal ini tentu
tidak mudah karena pengaruh luar dan dampak globalisasi juga melanda generasi
muda di Selatpanjang. Namun penulis percaya bahwa generasi muda juga bisa
memilah-milih pengaruh asing yang masuk kedalam kebudayaannya. Bahkan jika
dimanfaatkan kedalam hal positif, pengaruh asing dan globalisasi tersebut juga
memberikan manfaat yang baik pula nantinya terhadap kebudayaan asli penduduk
setempat.Dengan demikian, setiap orang memiliki caranya tersendiri untuk
melestarikan kebudayaan yang mereka miliki. Bahkan setiap orang lebih akan maju
dengan budayanya jika dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
C. GENERASI
MUDA MEMPERTAHANKAN BUDAYA MELAYU
“Perubahan bukan
dimulai dari masa, tapi dimulai dari segelintir orang, yaitu anak-anak muda
yang menamakan dirinya sebagai agen of change atau agen perubahan.”
Mungkin ungkapan
diatas cukup sesuai jika diutarakan kepada generasi muda sekarang. Bahwasanya
dizaman sekarang, sebagian orang melupakan jati dirinya sebagai seorang yang
berbudaya. Masuknya pengaruh budaya asing dari luar tanpa adanya proses filter
yang baik mengakibatkan sebagian orang lupa akan kebudayaannya sendiri. Hal itu
merupakan salah satu faktor mengapa kebudayaan asli sulit untuk
dipertahankan.Permasalahannya sekarang adalah apakah generasi muda dapat
mempertahankan kebudayaan asli mereka (disini:_budaya melayu) meskipun
menghadapi pengaruh globalisasi yang sedang marak-maraknya saat ini? Jawaban
dari pertanyaan tersebut akan terjawab jika generasi muda setidaknya ada rasa bangga
dan cinta kepada kebudayaan mereka sendiri. Jika mereka sudah ada rasa banga
makan dengan mudahnya mereka akan melestarikan budaya yang mereka miliki.Tidak
itu saja, faktor lingkungan menjadi salah satu faktor penting untuk mereka
generasi muda melestarikan kebudayaannya. Mengapa demikian? Kita dapat
mengambil contoh, di sekolah misalnya. Sekolah menjadi salah satu wadah yang
cukup menguntungkan bagi generasi muda mengetahui, mempelajari dan melestarikan
kebudayaannya. Sekolah tentu saja mengenalkan budaya yang sesuai dengan tempat
tinggalnya. Misalkan di Selatpanjang, budaya yang dominan disana adalah budaya
Melayu. Sekolah berusaha mengenalkan budaya melayu kepada siswa-siswanya dengan
cara memberikan pelajaran khusus mengenai budaya melayu. Selain itu, setiap
sekolah memiliki wadah ekstrakurikuler yang mengedepankan budaya melayu,
misalnya adanya sanggar yang didalamnya terdapat orang-orang yang dikenalkan
dan diterjunkan langsung untuk mengetahui dan melestarikan kebudayaan melayu,
seperti: tarian, nyanyian, musik, pantun, puisi, teater dan lain sebagainya.
Disana mereka secara tidak langusng diperkenalkan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kebudayaan melayu, Hal ini membuktikan bahwa lingkungan juga
mengambil peranan penting terhadap eksisnya sebuah budaya atau tidak.Sekarang
jelaslah bahwa generasi muda siap menjaga, melestarikan dan mempertahankan
kebudayaan (budaya melayu) dengan memaksimalkan faktor-faktor pendukung yang
disebutkan diatas. Tentunya hal ini tidak mudah, karena banyak rintangan dan
penghalang yang masih berada diluar sana, contohnya adalah pengaruh Globalisasi
yang terus-menerus berkembang dikalangan anak-anak hingga dewasa. Kuncinya
adalah sejak dini seseorang harus menanamkan rasa hormat, bangga dan cintanya
terhadap kebudayaannya sendiri. Hal itu sudah menjadi semangat bagi generasi
tua yang begitu mengharapkan kebudayaan yang sempat mereka jaga akan diteruskan
oleh generasi muda berikutnya
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari
makalah ini adalah sejauh mana pengetahuan seseorang terhadap
kebudayaannya sendiri dipengaruhi oleh berberapa hal dan salah satunya adalah
dirinya sendiri. Besar atau kecilnya nya rasa cinta dan bangga terhadap
kebudayaannya itulah yang nantinya mencerminkan bahwa sejauh mana seseorang
mengenali budayanya sendiri. Jika semakin kecil rasa kecintaannya maka jelaslah
seseorang tersebut belum terlalu dekat dengan budaya sukunya sendiri, begitu
juga sebaliknya.
Mengenali budaya sendiri khususnya
melayu merupakan sebuah keharusan baginya yang mengaku melayu. Sedikit
banyaknya pengetahuan kita mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya
melayu menjadikan kita secara tidak langsung mempelajari budaya itu sendiri.
Seperti yang dikatakan para pakar bahwa seseorang yang mengaku melayu jikalau
ia: 1. Berbahasa melayu, 2. Beradat-istiadat Melayu dan 3. Beragama Islam. Maka
dari itu, ketiga hal inilah menjadi patokan ataupun barometer sejauh mana kita
sudah menjadi bagian dari budaya itu sendiri khususnya budaya melayu.
B. SARAN
Penulis merekomendasikan pada semua
lapisan masyarakat agar lebih memahami nilai-nilai yang terkandung didalam
setiap kebudayaan masing-masing (disini:_budaya melayu riau). Semua orang pasti
memiliki cara pandang yang berbeda-beda untuk mendeskripsikan bentuk
kebudayaannya. Dan setiap orang memiliki cara masing-masing untuk
mempertahankan dan memajukan kebudayaannya sendiri. Sebagai seorang melayu
hendaknya lebih mengedepankan kembali apa-apa saja yang berkaitan dengan
kebudayaan melayu, termasuk menanamkan diri sendiri rasa bangga dan cinta
kepada budaya melayu itu sendiri.
Post A Comment:
0 comments: